Makalah Filsafat Pendidikan (Ontologi)

Bagi anda yang ingin mendownload filenya, silahkan klik link berikut ini!.


Baca Makalah Lain:





Makalah Filsafat Pendidikan (Ontologi)

Makalah Filsafat Pendidikan (Ontologi)



PENDAHULUAN

Filsafat dalam mencari pemecahan masalah berhadapan dengan masalah utama “apa yang nyata?” atau ontologi, yaitu mencari dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada.

Ontologi merupakan suatu kajian kefilsafatan yang paling kuno. Studi ontologi selalu terproyek untuk memahami apakah “ada” itu. Di Yunani filsuf yang begitu berlimpah persoalan ontologi diantaranya adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dan kenyataan.

Ontologi dapat pula dirumuskan sebagai ilmu yang memperlajari realitas atau kenyataan kongkrit secara kritis.

Secara sederhana dibawah ini akan dibahas mengenai ontologi filsafat pendidikan yang meliputi hakikat ontologi, scope kajian ontologi dan implikasi ontologi dalam dunia pendidikan.


PEMBAHASAN

1. Hakikat Ontologi

Secara etimologi ontologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” dan “logos”, ethos adalah kata kerja dari einai artinya yang sedang berada, sedangkan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara bahasa ontologi dapat diartikan ilmu yang membicarakan segala sesuatu yang ada. Atau dengan kata lain ontologi adalah bagian cabang filsafat yang membahas tentang hakikat (kebenaran) hidup.

Dapat dipahami bahwa hakikat ontologi adalah memecahkan permasalahan realitas secara tepat, karena konsepsi kita tentang realitas mengontrol pertanyaan kita tentang dunia ini. Dan tanpa adanya pertanyaan, kita jelas tidak akan memperoleh jawaban darimana kita nantinya akan membina kumpulan ilmu pengetahuan yang kita miliki dan menetapkan disiplin tentang masalah-masalah pokoknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas masalah tentang kenyataan, tentang realitas, tentang yang nyata dari sesuatu.  Ontologi mempertanyakan hakikat realitas yang ada di dunia ini. Dalam interaksinya dengan alam semesta, manusia mempertanyakan apakah realitas alam semesta ini merupakan realitas materi. Ataukah ada realitas dibalik sesuatu yang ada itu. Apakah alam semesta ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah alam semesta ini bersifat tidak kekal. Apakah unsur alam semesta ini monisme ataukah dualisme ataukah pluralisme. 

2. Scope Kajian Ontologi

Istilah yang berdekatan dengan ontologi adalah disiplin metaphysika. Keduanya memiliki arti, maksud dan tujuan yang hampir serupa. Perbedaan kecil memang ada, yaitu ontologi membahas masalah realitas sedangkan metaphysika merupakan studi tentang sifat ada atau eksistensi. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ontologi dan metaphysika menyangkut daerah yang sama, jadi cakupan kajian ontologi meliputi yang ada (being) dan yang nyata (realitas) maupun esensi dan eksistensi.

a. Yang ada (being)

Dalam pengalaman hidup kita sehari-hari tidak ada yang ada dengan sendirinya dan tidak ada yang ada secara kebetulan. Proses yang berjalan adalah jalan mekanisme hukum alam. Oleh sebab itu tidak ada yang ada dan yang mengadakan dalam satu ada. Dengan kata lain tidak ada pencipta dan ciptaan, sebab dan akibat menyatu dalam ada yang satu dan berada dalam ruang dan waktu yang sama. Pada prinsipnya ada itu ada dua, ada yang menciptakan dan ada yang diciptakan, ada yang menyebabkan dan ada yang mengakibatkan.

b. Yang nyata (realitas)

Masalah realitas dapat dipahami dengan pernyataan bahwa nyata dan ada mempunyai pengertian serupa. Kata ada kita pandang sebagai keragaman yang spesifik dan prosedur ontologi yang pertama digunakan untuk membedakan apa yang sebenarnya nyata atau ada eksistensinya dari apa yang hanya nampaknya saja nyata.

c. Esensi dan eksistensi

Dalam setiap yang ada, baik yang nyata atau yang tidak nyata selalu ada dua sisi didalamnya, yaitu sisi esensi dan sisi eksistensi. Bagi yang ghoib, sisi yang nampak adalah eksistensi sedangkan bagi yang ada yang kongkrit, sisi yang nampak bisa kedua-keduanya yaitu esensi dan eksistensi. 

3. Implikasi Ontologi dalam Dunia Pendidikan

Dalam pandangan ontologis, menurut aliran progresivisme, kenyataan alam semesta merupakan kenyataan kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia terhadap segala sesuatu. Pengalaman tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realitas manusia sampai mati. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos pada yang sulit-sulit (proses perkembangan lama). Pengalaman adalah perjuangan sebab hidup adalah tindakan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak. 

Implikasi ontologi secara nyata dapat dibuktikan di dunia pendidikan. Pada sebagian SMA, mata pelajaran yang berpokok pangkal pada idea, seperti kesusastraan umpamanya, masih dianggap oleh sebagian masyarakat mempunyai derajat lebih tinggi. Seluruh kurikulum berisi macam-macam mata pelajaran yang telah diatur dan ditetapkan secara hierarki. Di SMA terdapat pula mata pelajaran yang isinya mengandung idea dan konsep-konsep.  Pada tingkatan universitas, pandangan kaum idealis ini lebih jelas lagi penerapannya. Pengetahuan seni budaya adalah bidang studi yang mempersiapkan bahan pemikiran dan kebebasan berpikir. Bidang studi yang dianggap penting adalah mata kuliah yang bersifat teoritis, abstrak dan simbolis.

Selain itu pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama pendidikan. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Anak-anak di sekolah atau masyarakat akan menghadapi realita, obyek pengalaman, benda mati, sub human dan human.

Anak-anak harus dibimbing untuk memahami realitas dunia yang nyata ini dan untuk membimbing pengertian anak-anak dalam memahami suatu realita bukanlah semata-mata kewajiban sekolah atau pendidikan. Kewajiban sekolah juga untuk membina kesabaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita. Ini berarti realita itu sebagai tahap pertama, sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran. Anak-anak secara sistematis wajib dibina potensi berpikir kritis untuk mengerti kebenaran.

Implikasi pandangan ontologi terhadap pendidikan adalah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari. Melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas realitas fisis, spiritual yang tetap dan yang berubah-ubah.  



PENUTUP

Ontologi dapat diartikan ilmu yang membicarakan segala sesuatu yang ada. Adapun cakupan kajian ontologi meliputi yang ada (being) dan yang nyata (realitas) maupun esensi dan eksistensi.

Implikasi pandangan ontologi terhadap pendidikan adalah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari. Melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas realitas fisis, spiritual yang tetap dan yang berubah-ubah.



DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Khobir, Abdul. 2011. Filsafat Pendidikan Islam : Landasan Teoritis dan Praktis.
Yogyakarta: Martagraf.

0 Response to "Makalah Filsafat Pendidikan (Ontologi)"

Posting Komentar